Upacara Khitanan

 

Pada umunya masyarakat Jawa, bila anak perempuan telah mencapai umur 8 tahun atau satu windu perlu disunati dengan dilengkapi berbagai selamatan.
Selamatan tersebut antara lain: Jenang merah putih, jenang boro-boro, tumpeng robyong, tumpeng gundul, gula kelapa sepasang (setangkep), kelapa setandan (setundun). Dilengkapi dengan satu nampan yang berisi beras, kemiri, menyan, lawe, lampu minyak kelapa (dlupak), kendi, ayam betina yang masih hidup seekor, dan uang, sebanyak Rp 250,00 atau Rp 2500,00 (nilai uang tersebut adalah perempatan), pisang ayu dan sirih ayu, jambe dengan tangkainya.
Tempat yang dipergunakan untuk sunatan dilapisi tikar atau permadani, diberi daun-daun seperti daun kluwih, daun kara, daun dadap srep (dadap yang tak berduri), daun maja, alang-alang.
Setelah itu ditutup dengan tikar lagi dan kalau ada tikar bangka yang kelilingnya diberi pliser kain merah. Perlengkapan lain yang diperlukan adalah kain sindur, selendang lurik, kain batik bermotif yuyu sekandang, bunga mayang dan lawon putih.
Selanjutnya anak yang akan disunat duduk di pangkuan orang yang dituakan (pinisepuh) yang hidupnya harmonis dan bahagia dengan maksud agar di kemudian anak tersebut mendapatkan keharmonisan dan kebahagiaan lahir batin.
Jalan upacaranya:


1. Anak yang disunat matanya ditiup dari belakang oleh orang tuanya yang memangkunya.
2. Juru sunatan segera mulai menyunat atau istilah Jawa netesi.
3. Hasil sunatan dicampur kunyit dan kapas yang selanjutnya dimasukkkan ke dalam cuwo yang berisi bunga setaman.Cuwo adalah semacam tempayan yang dibuat dari tanah liat.
4. Cuwo yang berisi hasil tetesan/sunatan kemudian dilabuh di sungai atau bengawan.
5. Setelah selesai disunat, anak tersebut disuruh mengunyah jamu yang terbuat dari lengkuas, kencur, kunyit, asam, tumbar, adas pula waras, kunyit manis (semuanya mentahan).
6. Cara mengunyahnya bergantian dan yang diambil adalah isapan air ludah, sedangkan ampasnya dibuang.
7. Setelah selesai mengunyah jamu tersebut, anak yang bersangkutan menelan telur ayam mentah.
8. Selanjutnya anak itu dimandikan dengan duduk di bangku (dingklik), beralaskan seperti waktu disunati. Yang dipergunakan gosokan adalah lulur.
9. Setelah selesai dimandikan selanjutnya berbusana model Jawa yaitu kain kebaya yang masih baru.